Semua orang pasti memiliki batasan, terutama batas "KESABARAN". Mungkin saat ini saya sudah mencapai titik batas kesabaran yang menimbulkan kepalsuan seperti senyum palsu yang biasa di sebut 'fake smile' didepan MEREKA (2 orang yang dulu menjadi sahabat) yang tlah menghancurkan persahabatan dan mempermalukan saya di depan orang-orang sekan-akan saya yang SALAH tanpa berpikir semua pengorbanan yang saya lakukan.
Semua perkataan manis dan buruk masih terngiang di kuping ini mungkin takkan bisa terlupakan. Dulu kami selalu bertiga sebut saja namanya Ian dan Muti. Saya fikir mereka adalah sahabat sejati yang suka duka saling bersama tapi kenyataan berkata lain yaitu mereka hanya memanfaat kan saya. Saya tau Ian suka yang berujung cinta sama Muti yang tlah memiliki tunangan. Setiap kami bertika jalan bersama itu sudah pasti Muti marahan ke Ian tanpa mereka sadari saya yang selalu ngakurin mereka lagi. Kehadiran saya diantara mereka hanya merusak suasana diantara mereka itu yang Ian pernah katakan. Saya hanya bisa sabar.... sabar.... dan sabar....
Ian sudah mulai sadar kalau Muti tidak bisa dia dapatkan karena tunangan Muti lebih dari segalanya, disitu hati Ian terbakar dan ingin jaga jarak ke Muti. Suatu ketika Muti ngambek ke Ian di suatu pusat perbelanjaan hanya karena hal sepele, Ian hanya bisa diam dan bingung tapi saya lagi yang kena getah nya di salain lagi padahal saya gak tau apa-apa. Di dalam Pertemanan ini saya yang selalu salah dan terus bersabar. Kebetulan kost saya bisa di bilang tetanggaan sama kost Ian. Pulang dari pusat perbelanjaan Muti dan Ian beda arah, nah si Ian pulang sama saya secara kost nya tetanggaan -_- . Perjalanan pulang Ian ngedumel kayak ibu-ibu, setelah ngedumel dia kelaperan yaudah kami mampir di Warung Pasta, saat makan seketika Ian berkata "Fi, gak tau kenapa kalau aku makan dan jalan sama kamu bukan sama Muti aku ngerasa senang", saya hanya bisa senyum karena kaget.
Beberapa hari kami jalan berdua (pada saat itu Muti sedang pulang ke kampung beberapa hari). Sehabis makan malam Ian mengajak saya mampir ke kost nya. Ternyata Ian tiba-tiba merangkul aku dan mengatakan "Fi, Aku mau selamanya seperti ini sama kamu, kamu telah membangunkan ku dari keterpurukan", perkataan "Aku mau selamanya seperti ini sama kamu" terus berulang-ulang diucapkannya. Saya bingung "Maksudnya selamanya seperti ini apa ?", "Kita Pacaran" jawab Ian yang menatap mata saya. "Iya...." jawab saya dengan nada gugup.
Waktu pun terus berjalan, saya sering melihat Mita main ke kost Ian tapi saya berfikir positif tapi pemikiran saya sudah punya LIMIT (batas), saya beberapa kali memergoki Ian dan Mita bermesraan di kamar kostnya tapi saya senyum saja karena saya tidak mau bikin keributan. Saya hanya ingin mereka sadar sendiri. Saat saya di titik batas kesabaran saya ingin meng akhiri hubungan ini dengan Ian. Saat itu dalam keadaan hujan kami saling mengatakan suatu pernyataan, bayak pernyataan yang keluar dari mulut saya salah satu saya rela melepas Ian demi persahabatan ini agar tidak hancur. Ian mengatakan ia hanya terpaksa nembak saya hanya untuk pelarian dari cinta nya ke Muti itu pernyataan yang membuat saya naik darah. Saya hanya berpesan "Jaga Muti baik-baik jangan sampai di sakiti dan kita semua seperti dulu selalu bertiga. tapi waktu menjawab mereka berdua mejauh dari saya seperti tidak saling kenal.
kadang saya meresa sedih, kecewa, marah tapi harus sabar. beberapa orang menyalahkan saya katanya saya perebut pacar temen, saya juga di tuduh menjauh dari mereka, membuat saya seolah-olah yang bersalah dan mereka sering kali mereka membuat saya malu di depan teman-teman saya.
saya bingung dengan semua keadaan ini..
and now has been limited for all...
Komentar
Posting Komentar